• Home
  • About Me
  • Contact
  • Sitemap

a Little Journey of Life

dok.pri.

Menuju tahun 2018 hanya tinggal menghitung hari saja. Menyambut tahun baru yang penuh teka-teki patut dilewati dengan beragam sukacita.
Rencana berlibur atau sekedar berkumpul dengan keluarga atau orang terdekat pastinya sudah dibicarakan jauh jauh hari bahkan sampai sebulan, dua bulan, tiga bulan (cukup!) sebelumnya.

Sebelum datangnya malam pergantian tahun 2017 ke 2018, masihkah ada harapan yang belum tercapai? Adakah deretan resolusi yang dicatat namun berbalik arah? Atau sudah cukupkah dengan limpahan nikmat yang tak terduga?

Perjalanan selama setahun ini memang cukup menarik bagi saya. Begitu banyak nikmatNya yang didapatkan, seringkali membuat saya lupa mengucap syukur. Banyak pilihan yang membuat saya sadar bahwa semua rencana atau yang digariskan olehNya pasti ada hikmahnya.

Pergantian malam tahun 2017 berbekal tangga kayu yang hampir lapuk demi melihat kembang api di langit Jogja. Malam itu bisa jadi malam yang paling absurd untuk merayakan tahun baru dari tahun tahun sebelumnya. Di atas genteng kami (saya dan dia) melewati malam itu. Hahaha. Alasan yang cukup mendasar mungkin malas berdesakan di keramaian yang penuh harapan orang-orang. Dan alasan lainnya lebih baik menyimpan tenaga karena esok akan di kuras untuk piknik seperti biasa.

Ditahun ini sedikit dari harapan  sebelumnya sudah terwujud. Tuhan telah mendengar bisikan saya selama ini. Saya diberikan kesempatan untuk bekerja di perusahaan yang cukup terkenal. Pekerjaan dengan gaji berlipat-lipat dari pekerjaan sebelumnya ternyata tidak sebahagia seperti mendengar atau membaca kata 'gaji berlipat-lipat'. Pekerjaan yang mengizinkan saya bertemu dengan teman teman yang tahan banting dan mampu bertahan dengan pekerjaan yang pernah menjadi daftar untuk dihindari. Dan pada akhirnya memutuskan untuk berhenti (bukan menyerah) sesuai kontrak perjanjian.

Di tahun ini pun saya memutuskan untuk berhijab, sebuah proses yang diperlukan kesiapan mental yang benar-benar kuat dan matang. Keinginan bertahun-tahun yang seringkali tergeser. Doa saya, semoga Tuhan mengkokohkan iman saya dan selalu menunjukkan jalan yang benar.

Di tahun ini pula saya berhasil melewati hari-hari bersama dia. Tiga tahun rasanya sungguh tidak disangka sangka. Perjalanan dua orang yang pernah sama-sama menelan pahit untuk kali pertama. Yeaaay... We're the winner! Once again... Terimakasih sudah menjadi tawa, rindu, dan bulir air mata serta macam macam rasa.

Dan... Terimakasih Semesta!

2018. Saya percaya lebih, lebih dan lebih mampu dari tahun tahun sebelumnya. :)))
Capture by Evinta

Tiga tahun sudah berlalu,
Kenyataan yang tidak disangka bahwa sejauh ini kita melangkah. Satu langkah untuk saling menguatkan, terkadang rasa ingin menyerah mencoba menghampiri.

Tiga tahun sudah berlalu,
Sebuah babak baru yang kita capai untuk kali pertama. Sebuah perjalanan yang tak pernah mudah dilalui meski jarak sebagai penengahnya.

Tiga tahun sudah berlalu,
Banyak hal yang patut disyukuri dan dijadikan bahan pembelajaran. Seperti halnya kesempatan bagi saya untuk (selalu) belajar memantaskan diri walaupun diam-diam sering membandingkan dengan perempuan lain.

Terimakasih untuk tawa, kesabaran, temu, rindu, perhatian, kasih sayang, dan tangis bahkan kekecewaan yang kamu hadirkan.

Terimakasih untuk segala usaha dan kerelaan demi kebahagiaan saya. Berharap di balik itu (usaha) tidak terselip rasa menyesal.

Terimakasih sudah mengajariku untuk melatih sabar, pengertian, memahamimu yang sesekali ego tidak ingin dikesampingkan.

Semoga untuk tiga tahun lebih tiga belas hari, aku masih pantas berjalan beriringan denganmu bukan hanya kemarin dan dihari ini saja. 


Satu dari deretan mimpi dan kebahagiaan



Melihat tweet di atas membuat saya kembali mengingat satu masa yang terlewatkan. Seolah mesin waktu sedang berputar dengan sekejap menemukan keyword di dalam folder perjalanan hidup. Masa yang tidak terlepas dari titik hitam yang selalu membayangi. 

Seandainya mesin waktu benar benar diciptakan, saya akan maju di barisan paling depan dan berteriak dengan lantang untuk dibawa ke perjumpaan terakhir dan menyatu dalam kerumunan yang penuh duka. Enam tahun yang lalu. Cukup berada di samping beliau dan sesekali memegang tangan dan berbisik bahwa kita akan bertemu lagi di alam yang sesungguhnya. Hanya itu. :')

Ya.. Subuh kala itu merupakan pertanda beliau harus pulang ke pelukan Yang Maha Kuasa. Kepulangan yang menyisakan kenangan dan begitu menyesakkan dada. Kepergian yang bertepatan dengan hari dimana saya dituntut untuk bertanggungjawab penuh menyelesaikan tugas akhir sekolah. Sudah pasti sangat sangat dan sangat memecah konsentrasi. 

Tiga hari sebelum peristiwa itu beliau sempat hadir di mimpi dan maksud kedatangannya hanya menyampaikan pesan namun begitu sulit untuk mengeja detailnya. Pada akhirnya pesan yang hanya dianggap angin lalu dan lebih baik untuk disimpan sendiri. 

Enam tahun tidaklah mudah untuk saya lalui, kini hanya bisa mengenang beliau lewat deretan buku usang di pojok almari yang (dulu) hampir setiap hari beliau baca, secarik kertas dengan ciri khas tulisannya dan berisi point point yang akan disampaikan ke tamu undangan, selimut tenun berwarna hitam kecoklatan sebagai oleh oleh perjalanan ke Indonesia Bagian Timur, sesederhana percakapan dan tawa setiap pagi dan sore di meja dapur sekedar menikmati gorengan dan teh hangat. 

Banyak orang berkata bahwa orang baik akan berpulang dulu. Benar atau tidak adanya pernyataan tersebut, semoga saja rasa sakit yang melekat di raga beliau selama ini mungkin cara Tuhan untuk menghapus dosa-dosa sepanjang hidup. Semoga menjadi bukti bahwa beliau termasuk orang-orang yang berada dalam daftar pilihanNya untuk mendapatkan tempat terbaik. 

Aamiin. 

13 November sedang rindu-rindunya sama Mbah Kakung :")
Demi mengejar likes atau menjadi lebih hits, butuh effort untuk mengedit foto agar terlihat menarik. Beragam aplikasi edit foto terpasang di menu smartphone meskipun kapasitas RAM hampir menipis. Aplikasinya mulai dari yang bisa meniruskan pipi hingga merubah wajah menjadi mulus tanpa noda sekalipun. Terkadang satu foto bisa menumpuk beberapa filter. Dan pastinya dibalik foto yang sempurna ada perasaan bangga dan senang. 

Berbicara mengenai foto, tidak lepas dari cara pengambilannya atau yang biasa disebut angle. Membutuhkan beberapa kali jepretan untuk menghasilkan foto yang kece dan siap diupload di media sosial. Alat yang digunakan pun juga menunjang dalam pengambilan gambar. Apalagi cahaya juga berpengaruh di dalamnya. 

Untuk menambah dan memperkuat ilmu fotografi, saya tertarik mengikuti acara yang diadakan oleh Genpi Jateng kemarin Jumat (27/10/2017). Acara kedua yang bertajuk Street Photography "Mengabadikan Cerita dengan Kamera" yang bertempat di Tekodeko Koffiehuis. Dari tema yang dipilih sudah pasti akan menarik tukang foto dengan berbagai senjatanya. Minder? Sedikit. Tapi bodo amat. Saya tetap menggenggam niat yang sudah dibungkus rapi dari rumah-mencari ilmu.

Yang membuat saya tertarik lagi, di acara ini tidak diwajibkan membawa kamera DSLR dan sejenisnya. Namun peserta boleh membawa kamera handphone juga. 



dok.pri. 


Speaker acara Ngopi #2 : Ngobrol bareng Genpi kemarin seorang fotografer company profile, Vega Viditama. Selain materi yang diberikan waktu Jumat sore minggu lalu, seluruh peserta diajak berkeliling Kawasan Kota Lama Semarang untuk hunting foto yang nantinya akan dibedah bersama. Berhubung hujan deras, kami diminta untuk bersabar dan mendengarkan penjelasan sedikit dari pemandu mengenai sejarah Kota Lama. FYI Taman Sri Gunting yang bersebelahan dengan Gereja Blenduk dulunya merupakan tempat pemakaman orang Belanda. Namun saat ini, tidak perlu cemas karena pemakaman tersebut sudah dipindahkan. Kini disulap menjadi Taman yang lumayan yoi untuk berteduh dan sedikit relax. 

Mas Vega Viditama dari kejauhan ehehe
dok.pri. 

Pemandu dan Mas Vega
dok.pri. 

Hujan nampaknya sudah bersahabat, and here we goooo.... Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A diberikan kesempatan untuk mengeksplore bagian Taman Sri Gunting dan sekitarnya selama 15 menit dan kelompok B menyusuri bagian Kepodang yang dulunya sering dijadikan tempat sabung ayam. Saya, masuk dalam kelompok B. Menurut pemandu (entah lupa namanya) lokasi Kepodang ini sering dijadikan destinasi utama wisatawan lokal maupun mancanegara bahkan fotografer juga. Di lokasi ini pernah dijadikan setting film Ayat Ayat Cinta lho. 

dok.pri. 
dok.pri. 
Bu Widi in frame
dok.pri. 
dok.pri. 
Sisa sisa syuting film Ayat-Ayat Cinta
dok.pri. 


Setelah kami dibebaskan berkeliaran di Kepodang, waktunya bergantian mengeksplorasi bagian Taman Sri Gunting. Mungkin karena sudah kelelahan saya, Mba Wida, dan Bu Widi (kenalan baru di acara Ngopi #2) hanya duduk duduk di Taman sambil menunggu waktu yang ditentukan pemandu. Ehehe

Jam lima sore tepat, seluruh peserta kembali ke cafe. Beberapa dari peserta Ngopi #2 diminta untuk mengirimkan hasil foto ke email Mas Vega untuk dibahas bersama. Satu persatu hasil foto sudah terpampang di pojok tembok cafe yang berlantai dua ini. Menurut Mas Vega, Street Photography  memang susah susah gampang. Perlu kesabaran tingkat dewa untuk mendapatkan moment realnya.  Pengertian Street photography yang saya tangkap dari materi kemarin yaitu pengambilan gambar yang menunjukkan realitas yang terjadi tanpa dipose khusus.

Selesai membedah foto, peserta juga diedukasi cara mengedit foto menggunakan aplikasi Snapseed. Aplikasi tersebut terbilang ramai diunduh pengguna smartphone dan tidak banyak filter yang membuat foto tidak lebay editannya.

Yang membuat saya termotivasi setelah mengikuti acara ini dan selalu terngiang di kepala saya (hingga kini), seperti yang diucapkan Mas Vega "Maksimalkan dengan alat yang kita punya. Jangan sampai alat yang membatasi diri kita"


 Out of the box atau keluar dari zona nyaman bagi orang seperti saya memang tidak mudah dilakukan. Apalagi berkumpul dengan orang baru tanpa ditemani teman atau partner juga jarang bahkan hampir tidak pernah. Butuh proses untuk berpikir dua kali dan ujung-ujungnya selalu dikuasai perasaan malas. Setelah seharian bosan berselancar di media sosial karena jaringan internet di rumah tidak begitu bagus, saya terpaku membaca tweet akun @AsliSemarang. Tweet yang berisikan tentang diadakannya sebuah acara bersama blogger. Uhhh... Sedikit tertantang, karena saya juga baru belajar ngeblog dan beruntung bisa menambah ilmu.

Berangkat dengan modal nekad, saya tertarik mengikuti acara Ngobrol Bareng Genpi (Ngopi #1). Acara yang digelar kemarin sore (Rabu, 27/09/2017) di gedung di kawasan kota lama. Spiegel Bar & Bistro tepatnya. Acara yang baru pertama kali diadakan oleh Genpi Jateng dengan mengusung tema Travel Blogger, Dari Hobi Jadi Hoki. Tiga kata yang menjadi pusat perhatian (termasuk saya), Travel-Blogger-Hoki.

Selesai cek saldo rekening yang sangat cukup (alhamdulillah), segera menghubungi contact person. Pastinya sudah melewati satu hari satu malam untuk berpikir antara iya atau tidak ikut. Ehehehe.

Sore yang mendung dan sedikit bergerimis, saya sudah bersiap untuk mengikuti rangkaian acara. Acara ngopi kali ini dibuka oleh Ketua Genpi (Generasi Pesona Indonesia) Karesidenan Kedungsepur, Pak Sofyan. Beliau memaparkan bahwa GenPI Jateng meliputi Kota Semarang, Kendal, Ungaran, Demak, Purwodadi, Klaten, dan Sragen. Beliau imbuhkan juga bahwa acara ini baru pertama kali dilakukan dan acara selanjutnya dibulan Oktober sampai seterusnya dengan tema beragam. Jika kalian tertarik, bisa pantau kegiatannya di Twitter @GenPIJateng atau Instagram @genpijateng.

Sumber : Twitter @AsliSemarang

Acara selanjutnya yang kami tunggu tunggu. Speaker Ngopi sekaligus Travel Blogger kali ini, Dhave Dhanang. Seorang dosen Fakultas Biologi UKSW yang karyanya berlalu-lalang di berbagai media. Sebuah tulisan yang dikombinasikan dengan kata-kata ilmiah yang pastinya tidak jauh dari ilmu Biologi. Menarik dan menjadi ciri khas setiap tulisannya. Penasaran seperti apa, bisa kepo nih salahsatunya di www.kompasiana.com .

Seperti yang dikatakan Kak Dhave bahwa menulis itu butuh rasa. Sebisa mungkin selesai berkegiatan dan ingin dishare di blog segera kerjakan diwaktu itu juga. Feel yang dirasakan agar tidak hilang. Energi bisa tersalurkan ke sebuah tulisan.

Dari sekian poin yang dipresentasikan di depan dengan gayanya yang seperti mengikuti StandUp Comedy, saya setuju (pake banget) bahwa menulis atau isi blog merupakan ciri khas diri kita. Kenapa? Karena hal itu menjadi sumber kekuatan seorang blogger. Mudah diingat oleh pembaca. Walaupun kita sama dengan oranglain, sebisa mungkin menjadi lebih baik dari orang tersebut. Dan menjadi seorang Travel Blogger harus bisa, belajar, dan berlatih menulis, ngeblog, dan (paling penting) memotret.

Urusan jepret menjepret, Kak Dhave tidak sungkan mengatakan bahwa dia juga sering menggunakan hape sebagai alternatif dikala baterai kamera DSLR tidak bisa diajak kompromi.

Sumber foto : Instagram @genpijateng

Di akhir acara rasanya kurang lengkap kalo tidak mengabadikan moment bersama. Di sela sela foto bersama saya sempat mendengar dan sedikit nguping bahwa Kak Dhave berpesan ke salah satu peserta yang intinya jangan pernah malu untuk merendahkan diri dalam artian menyapa dulu sebelum disapa orang sekalipun ke anak-anak. Hal ini juga dilakukan ke saya ketika mengikuti akun Instagramnya @dhavers beberapa menit langsung difolbek. Aaaaaaakkkkk... Aku seneng beettt.

Terimakasih Yang Semesta, tidak sia-sia aku harus melewati kemacetan yang diwarnai gerimis walopun tangan lelah harus tarik-lepas-tarik-lepas gas. Terimakasih Kak Dhave untuk berbagi ilmunya.

"Iiiihhh jajannya menggoda banget. Pengen nyobain. Tapi aku lagi diet."
"Hari ini aku makannya buah. Besok sayur. Kan lagi diet."

Yha. Hampir tiap hari (kalo kumpul ding) kata "diet" sliweran masuk kuping. Mungkin kalo dikumpulin udah jadi kamus yang dari bentuk penulisannya macam apa sampai berapa panjang pengucapannya. Dan... Sedikit annoying~ hmm.

Hal ini kejadian sama temen yang dari pertama kenal sampai kemarin ketemu, bahasannya soal diet. Diet model A sampai Z udah pernah dicobain. Usahanya buat mendapatkan badan impian sampai dibela-belain konsul ke dokter ternama, udah pernah. Jenis sayur, buah, minuman, cara masak juga udah pernah dilakuin. Olahraga dari yang termurah (bahkan gratis) sampai termahal buat harga anak kost, jangan tanya lagi - udah. Intinya semua udah pernah dicoba dan dilakukan. Mungkin kalian yang ingin mencoba jenis-jenis diet bisa tanya atau konsultasi dan bisa dibilang temenku ini pakarnya. HAHA.

Tapi sampai saat ini hasilnya masih tetap sama. Pernah lihat ada perubahan, dan itu hanya berlangsung beberapa waktu. Perubahan yang dimaksud, turun berat badan. Abis itu naik lagi berat badannya. Asupan makan jadi tidak terkontrol lagi.

Tidak ada yang melarang untuk melakukan diet. Itu hak kalian kalo memang ingin terlihat lebih aduhai dan sehat. Menjalani program diet akan kelihatan hasilnya kalo memang benar-benar konsisten. Butuh keimanan yang dijaga ketat demi tujuan awal. Sebentar loyo atau merasa capek (dan pengen udahan) disitulah peluang kemalasan. Semangat jadi kendur. Merasa bosan itu wajar. Tinggal menyikapinya seperti apa.

Semua hal di dunia ini butuh konsistensi. Apapun itu. Sangat butuh dan penting. Kalo memang impian yang sedari awal ingin diraih. Termasuk tantangan ngeblog ini (kalo masih dianggep yes). Menulis juga butuh konsistensi. Tujuan awal sekedar meringankan kerja otak. Syukur syukur bisa seterusnya. Iseng iseng berhadiah (rasanya masih jauuuuhhh banget).

Yang paling penting, pegang tujuan awal kita untuk melakukan sesuatu. Just it !
Matahari begitu menyengat. Angin bercampur debu seolah menikmati alurnya. Kebulan asap menggulung hitam. Udara yang (tidak) begitu dingin telah berubah panas. Naiknya derajat suhu membuat derasnya cucuran keringat.

Nampak padat setiap persimpangan jalan. Tak ada celah sedikitpun untuk bernafas. Penuh tak beraturan.  Detik lampu merah yang semakin diulur.Mengular dan merayap. Semrawut lalu lintas siang. Ditambah perbaikan yang menggunakan alat besi di sudut selatan.

Menyelonong dari sudut kanan ku berdiri. Melintas tanpa dosa, melebihi batas waktu. Sedari awal jalanan yang tanpa lengang, kini semakin menjadi. Menjadi tak menentu arahnya. Ke kanan bisa saja serong ke kiri, begitu sebaliknya. Semua sama sama ingin mendahului. Semua ingin mendapatkan kesempatan. Semua tidak memikirkan baik buruknya. Apalagi rasa merasa bersalah. Seolah olah nyawa bisa diisi ulang seperti air galon.

Perempuan di balik kaca, tengah kebingungan mengemudikan setir. Depan, samping kanan, dan samping kiri, telah menghadangnya. Seperti asik bermain Bom Bom Car, layaknya polisi berhasil mengepung buronan. Klakson tak ada hentinya. Hanya berdiam mencari jalan keluar.

Runyam. Terlalu memaksakan. Semakin memperparah kondisi. Entah apa yang ada di pikirannya. Hanya bermodal 'bisa' pegang setir. Tanpa logika mengendarai. Miris.

Kini bagian simpang kanan saatnya melaju. Satu titik di tengah belum berhasil mencari jalan keluar. Sedikit demi sedikit, perempuan itu menemukan celah untuk keluar dari lingkar kepadatan. Lagi lagi saling beradu cepat. Braaaakkk.

______________

Dampak suhu yang meningkat membuat semua orang ingin cepat sampai tujuannya. Tanpa memperhatikan aturan dan akibat. Tanpa pengawasan ikut mempengaruhi. Semua orang bisa mengemudikan. Tidak pandang usia. Namun semakin sedikit yang menggunakan logika.

Alangkah lucunya orang-orang ini, memang benar adanya.
Jangan mengeluh kepanasan ketika berkunjung ke Semarang. Karena hal itu bukan hal baru lagi untuk dikeluhkan. Kota Semarang juga masih ada tempat yang sejuk untuk sekedar melepas penat dan memanjakan mata. Kota yang terkenal dengan wisatanya Lawang Sewu, jajanan khas Lunpia, bahkan menyimpan segudang sejarah yang berwujud Kota Lama.

Bosan dengan wisata yang itu itu saja? Cobalah intip sebentar ke Galeri Seni - Semarang Contemporary Art Gallery.

Merupakan kunjungan kedua bagi saya. Menurut cerita, galeri ini didirikan tahun 2001. Lokasinya sangat mudah ditemukan. Kalau sudah pernah berkunjung ke Kota Lama yang terkenal dengan Gereja Blenduk dan Taman Srigunting, galeri ini hanya bersebelahan. Untuk sampai di Semarang Contemporary Art Gallery cukup jalan kaki. Kira kira 100 meter jadi tidak perlu khawatir betis berkonde.

Tahun 2008 galeri ini dipindahkan dari pusat kota Semarang ke Kota Lama. Galeri Semarang yang beralamat di Jl. Taman Srigunting No.5-6 ini dibuka untuk umum sehingga cocok bagi kalian yang menyukai seni, ingin belajar memahami makna hasil karya yang dipamerkan di dalam, dan pastinya berfoto.

Pintu masuk gallery
Bangunan yang didominasi warna putih ini memiliki dua lantai. Lantai dasar terdapat dua pilar yang sama kokohnya. Dan lantai dua lebih luas ketimbang lantai dasarnya.

Lantai satu
Masuk ke lantai dua nanti akan disuguhkan dengan kotak persegi panjang yang didalamnya berisi cabai merah dan diatas kotak tersebut ada segelas air. Mengenai filosofinya, silahkan berimajinasi sendiri. Setiap orang memiliki makna filosofis tersendiri.

Lantai dua

Lantai dua part one

Lantai dua part two

Selanjutnya ke halaman belakang juga tak kalah menarik. Bagian yang menjadi tempat favorit dan instagramable menurut kids jaman now, ada patung setinggi kurang lebih 3 meter. Sebelum menuju ke patung, samping kanan dan kiri ditanami bunga yang membuat kesannya lebih adem dan natural.
Halaman belakang
Patung setinggi tiga meter
Tanaman halaman belakang

Sudah tertarik datang ke galeri milik pak Chris Darmawan? FYI harga tiket per orang hanya sebesar 10.000 rupiah dan buka setiap Selasa-Minggu. Hari Senin mungkin mainstream untuk memulai aktivitas sehingga dipilih sebagai hari libur ehehehe (belum sempat menggali informasi).


Jadi siapkan outfit dan kamera yang mendukung ya...


Entah kenapa perjalanan menuju Kota tadi pagi tidak seburu buru biasanya. Lebih menikmati dan mengamati cara berkendara orang orang. Dari yang naik sepeda, motor, truk, hingga bis.

Bukan cerita baru lagi kalau bis di daerah saya memang sering lari larian yang seolah olah sedang menjuarai perlombaan. Tidak peduli samping kanan atau kiri bahkan depan ada lawan yang sama sama kuatnya dan berakibat fatal. Yang penting sampai tujuan dengan waktu yang tepat. Yang katanya bis bis itu memang sering kebut kebutan karena mengejar waktu.

Untuk saat ini aku tidak akan membahas lebih panjang bagaimana tingkah polah sopir sopir bis itu. Mataku tertuju pada dua orang pengendara motor. Sama sama ingin menjadi terdepan. Namun tidak menyadari apakah sudah sesuai menjadi pengendara motor yang baik dan benar. Sepele tapi penting.

Jam baru berjalan ke arah angka sembilan. Sepertinya kewajiban seorang bapak juga baru dimulai. Kalaupun memang dikejar waktu kenapa tidak berjalan sedari pagi buta. Tanpa harus mepet sana mepet sini. Membuat orang semakin geram.

Masih menjadi pertanyaan, sama sama naik motor tetapi tidak terima didahului atau dipepet. Salah satu diantaranya berkendara menggunakan handphone yang tertempel di pipi dan helm. Marah marah sepanjang jalan. Tak mau mengalah, menyalip dari bagian kiri jalan.

Begitulah realitanya...


Udang selalu menjadi andalan menu utama di tempat - tempat yang menjual seafood. Dari ukuran udang pun beragam mulai dari kecil (rebon) sampai besar (lobster). Tak sedikit juga orang yang menyukai olahan dari udang. Udang cocok sebagai campuran beragam masakan atau pelengkap.

Ketika ingin memasak udang dirumah juga tidak ada salahnya mencoba. Tanpa harus repot repot mengantri di rumah makan favorit. Jangan lupa siapkan udang yang segar. Karena hal ini menjadi salah satu faktor lahapnya makan dan siap siap nasi juga habis.

Urusan masak memasak memang aku belum bisa dibilang pandai. Namun kali ini aku akan membagi sedikit cara memasak udang yang benar, enak, dan cukup menelan ludah. Resep ini aku dapatkan dari teman ikrib yang setiap datang kerumahnya pasti sudah tersedia Udang Pedas. Menahan rasa penasaran akhirnya ikutlah cara memasak udangnya seperti apa.

Bahan yang perlu disiapkan :
1. Udang yang segar dan ukuran sebisa mungkin sebesar kelingking jari
2. Cabe merah secukupnya
3. Bawang merah dan bawang putih secukupnya
4. Garam
5. Minyak goreng

Cara memasaknya tidak perlu ribet. Setelah bawang merah dan bawang putih dikupas. Ternyata udangnya juga harus dikupas (katanya) biar nikmat.


Silahkan iris bawang merah, bawang putih, dan cabe merah.


Mari masukkan irisan tsb ke wajan penggorengan yang sudah dipanaskan dan diberi minyak goreng secukupnya.

Aduk perlahan agar tidak gosong. Setelah ketiga irisan sudah berubah kecoklatan segera masukkan udang yang sudah dicuci dengan air bersih. Aduk kembali agar bumbu merata. Berilah sedikit garam (biasanya 1 sdt atau sesuai lidah masing-masing). Kalau bumbu dan udang sudah bercampur dan warnanya sedikit kemerahan, lalu matikan kompor dan dihidangkan.



And this is it... Ala ala~


Hmmm sudah membayangkan bagaimana rasanya? Masih kebingungan mencari menu makan malam ini?

Selamat mencoba dan memasak~
Kata orang, jaman sekarang mencari pekerjaan itu susah. Apalagi mencari pekerjaan yang pas dan nyaman. Susahnya seperti mencari jarum dalam jerami. Belum jaminan lulusan S1 bisa duduk manis di kursi yang diharapkan. Apalagi yang lulusan SMA dan sederajat bahkan dibawahnya.

Jangan terlalu berekspektasi.

Ngeblog kali ini (akhirnya separo tantangan) aku akan membahas sedikit pengalaman ketika mencari pekerjaan. Mencari sumber terpercaya.

Lanjut...

Sepertinya hal ini pernah dialami setiap P3 (Para Pencari Pekerjaan). Pernah waktu itu mencoba mengirimkan berkas lamaran ke salah satu tempat yang menurut iklan di situs loker, tempat tsb membuka cabang baru. Siapa yang tidak tertarik dengan embel embel "cabang baru" ? Hampir sebagian orang pasti punya pikiran sama. Mudah diterima. Naaah... Jangan berharap. Buang jauh jauh pikiran seperti itu.

Singkat ceritanya, ketika berkas lamaran sudah diterima berlanjut ke proses interview. Biasanya lokasi interview kalau tidak di perusahaan langsung, hotel, atau disatu tempat yang benar benar banyak pesertanya. Baru pertama kali interview di sebuah "warung" dengan ukuran yaaa kurang lebih 3m × 3m dan sedikit tertutup. Sempat putus asa mencari lokasinya. Namun Gusti Allah masih memberi kesempatan untuk mencoba interview abal abal ini. Selama proses interview tidak ada pertanyaan sulit apalagi psikotest. Yang ada hanya diiming imingi bisa training di Bali, jenjang karir bagus, dan bekerja di Lombok. Katanya (penipu) training nanti bebas biaya. Hmmm cukup menarik yaa. Interview ini hanya mencari jawaban IYA atau TIDAK untuk diberangkatkan entah kemana tujuan sebenarnya.

Pengalaman kedua, hampir sama kejadiannya. Setelah lelah browsing profil perusahaan yang tidak ditemukan berhari hari, muncul lah tekad demi mendapatkan pekerjaan pengganti. Sudah tiga kali bahkan lebih, mondar mandir mencari lokasinya. Sebuah nama perusahaan yang asing di telinga warga (mungkin gaje juga). Petunjuk arah yang membingungkan. Dan bermodal sabar sekali sampailah ditempat tujuan. Sebuah ruko yang sepi dengan tempelan ala kadarnya dan hanya ada seorang bapak bapak yang cukup rapi pakaiannya.

Interview ini tidak memakan waktu banyak. Anehnya bapak ini menawarkan posisi yang lebih tinggi dari posisi yang aku inginkan. Mana ada interview macam begini?

Setengah tidak percaya dan masih berpikir positif, aku googling lagi dengan nama perusahaan yang berbeda. Iya, karena perusahaan tersebut ternyata ada tiga nama. Mulai dari banner di depan ruko, tempelan di dinding sampai di web loker semua berbeda. Cukup tercengang! (bisa ya perusahaan punya tiga nama). Keluar satu blog yang menceritakan bagaimana sistem kerja dan sebenarnya perusahaan itu seperti apa.

Ku urungkan niat untuk datang kembali di hari berikutnya. Dihari berikutnya juga tidak ada panggilan sekedar menanyakan apakah jadi ikut psikotest atau tidak.

_________________

Sekedar tips dan trik saja, ketika ingin mencari pekerjaan di situs loker :
1. Kenali dulu profil perusahaan, jika di google tidak ada perlu berpikir dua kali.
2. Apabila lokasi bukan di perusahaan, perlu diragukan.
3. Training yang dikenakan biaya, pasti ini penipuan.

Selamat mencari pekerjaan yang sesungguhnya...
"Aku 25 kak"
"Baru 23"
"27 hehehehehe"
"24 :) "
"Aku 22, muda sendiri dong"
"Sama ya 25"

Bla bla bla kurang lebih seperti itu percakapan di grup Whatsapp baru baru ini. 

Berbicara mengenai umur memang tidak ada ujungnya. Perjalanan dari nol (maksudnya dari bayi) sampai saat ini baaaaaaanyak sekali perubahan yang dilalui. Beberapa orang apalagi perempuan, menginjak usia 24-25 tahun menganggapnya sebagai usia yang "rentan" patah hati dan sudah tua. TUA. Masih kurang jelas? Aku spell ya T-U-A.

Ada yang salah?

Well... Kalau dilihat dari angkanya, menurutku belum termasuk usia yang tua tua amat. Usia tersebut masih pantas melakukan hal hal yang diinginkan. Bisa bergabung di komunitas tertentu, masih bisa ikut acara yang kekinian, cocok mengambil perjalanan jauh atau travelling, bahkan hangout. Pada intinya masih bisa hahahihi dalam batas yang wajar.

Tidak ada salahnya berteman dengan orang orang usianya dibawah kita. Informasi terbaru (update) kadang mereka yang lebih awal mengetahuinya. Tren masa kini, event, sampai make up yang cocok untuk kulit ABCD dan seterusnya mereka lebih up to date.
__________________

Tua itu hanya mindset saja. Mindset yang membatasi diri untuk lebih maju lagi. Pikiran pikiran yang membuat duduk ditempat. 

Tua, ketika rambut mulai beruban. Kulit yang kencang berubah kendur. Penglihatan yang kabur. Pendengaran yang kurang jelas. Ingatan yang menurun. Langkah kaki yang tertatih. Dll dll dll
Masih ingat kapan terakhir naik angkutan umum?

Yakk... Tantangan ketiga ini aku akan bahas langkanya angkutan umum di tempatku. Kian hari kian sedikit orang orang yang menggunakan jasa angkutan umum. Contoh angkutan umum yang biasa lewat depan rumah, angkot dan bis ukuran sedang dengan kapasitas kurang lebih 28 orang (berdasarkan jumlah kursi penumpang). Sekarang yang menggunakan jasa ini hanya ibu ibu pergi ke pasar atau bapak bapak lanjut usia yang ada keperluan dan (maaf) tidak mempunyai kendaraan pribadi.

 Ini salah satu bis yang lewat depan
  rumah. (sumber : www.google.co.id)


Beberapa tahun terakhir ku amati jarang sekali anak-anak sekolah yang mau naik angkutan umum. Masih ada, mungkin hanya dalam hitungan jari. Dan lagi lagi (maaf) memang dari orangtua yang belum memfasilitasi atau dari kalangan menengah ke bawah. Saking jarangnya yang menggunakan jasa angkutan umum ini dampaknya angkot / bis juga jarang yang beroperasi.

Saat ini untuk satu bis dengan bis berikutnya jaraknya bisa mencapai 30 menit (kira-kira ya). Berbeda saat aku masih sekolah, setiap 15menit sekali bis sliweran (ada juga yang balapan). Kadang juga bisa lebih awal setiap 10menit sekali.

Dulu sebelum orang-orang mampu membeli motor dengan mudahnya, setiap pagi bis (di jam jam berangkat sekolah) pasti penuh bahkan bejubel dan parahnya ada yang sampai gelantungan. Desak-desakan? Jelas. Bercampur baunya? Beeeuuuhhhh. Sudah melebihi kapasitas. Dan isinya tidak lain anak anak sekolah mulai dari SMP-SMA (dan sederajatnya biar adil). Pekerja, ibu ibu pasar, atau buruh serabutan hanya bisa dihitung. Iya. Itu waktu aku masih SMA.

Telat 5 menit atau lebih dari jam biasanya menunggu bis langganan, alamat tidak beruntung. Deg deg'an khawatir terlambat, siapkan mental masuk daftar panggilan BK. Perlu kalian tau karena setiap (sopir atau kondektur) bis pasti hafal mana langganan dan mana penumpang yang asal naik. Sekali bis langganan sudah lewat, terimalah senyuman manis kondektur dan klakson bapak sopir dari bis berikutnya.

Bye !!!!

___________________

Naaaah... Terbalik dengan kondisi saat ini dimana anak anak sekarang yang kemana mana sudah naik motor sendiri. Apalagi anak anak SD - SMP. Baru menjadi anak sekolah beberapa hari sudah pandai memainkan tarikan gas. Dari motor yang bermerk terlaris hingga harga yang pas di kantong. Semua ada. Semua pakai.

Kalau hal ini masih berlanjut kedepannya,

Lalu...

Siapa yang akan menjadi Pak Sopir, Kondektur, dan Penumpang Angkutan Umum?

:)
Bagi sebagian orang mengundurkan diri (resign) dari pekerjaan sebelumnya jarang yang merayakan resign bahkan tidak perlu. Kedengarannya memang aneh dan sangat tidak penting. Tapi bagiku hal itu patut dilakukan. Aku sudah lama menunggu ketika aku masih terikat di salah satu perusahaan.

Dan

Apanya yang menarik?

Yhaaa karena aku ingin bebas dari aturan aturan yang sudah membuat kepala pening beberapa bulan terakhir. Aturan aturan yang sepele namun tidak masuk di akal (menurutku yess). Seperti terbebas dari penderitaan. Halah.

_____________

Perayaan kali ini tak perlu yang mewah. Mengingat budget yang tidak begitu banyak pula. Aku lebih memilih ke salah satu pantai di Gunungkidul Yogyakarta (pada dasarnya memang suka pantai). Daaan rencana ini sudah ku pikirkan kurang lebih 2 minggu sebelum hari terakhir aku bekerja. Karena waktu itu aku dan partner kebetulan mengunjungi ke sebuah pantai yang belum begitu ramai dicium orang. Masih sepi.

Triiiiiiing...

Dari situlah muncul ide untuk merayakan resign di pantai tersebut atau sebelahnya. Cukup ngecamp semalam atau cuma mainan air seharian.

Selain tujuannya pantai, nonton konser band ternama juga tidak akan ditolak mentah mentah.

Jujur... band indie yang bakal kami tonton sebenarnya aku tidak begitu paham. Mendengar nama bandnya saja baru kali itu. Namanya juga gratisan yang penting bisa refreshing ehehehehe.

____________

Kejenuhan yang berujung stress pasti dialami setiap orang, tidak melihat apapun pekerjaannya. Tinggal bagaimana cara kita mampu melawan atau tidak mempedulikan sampai membatu.

Pada pantai, ku biarkan keluh kesah digulung ombak dan terbawa angin.

Dan ku teriakkan segala yang terpendam dalam riuhnya fans yang sedang merindukan band idola.
Yap! Postingan ini kali pertama saya memulai belajar ngeblog lagi setelah sekian lama tenggelam dalam kesibukan. Hazeekk. Beberapa tahun terakhir memang sibuk-sibuknya mencari dan menggeluti pekerjaan. Kemarin sebagai seorang pekerja, ada waktu sedikit mending buat istirahat. Jadi kurang sempat untuk mengisi blog ini yang sudah saya buat waktu jaman kuliah. Postingan terakhir 29 Desember 2014. Bisa bayangkan berapa lamanya?

Okeh. Dalam postingan ini saya akan membahas mengenai Domain Gratis. Gila. Baru belajar ngeblog udah sok sok'an bahas Domain. HAHAHAHAHAHA

Santai. Jangan panik.

Saya tidak akan membahas apa itu Domain, bagaimana cara mendapatkannya, atau ciri Domain apa saja. Jangan harap. Judul Domain Gratis ini saya pilih ketika ditantang oleh partner (widiiiiiww) dalam waktu 10 hari saya harus ngepost 1 artikel / blog / postingan dalam sehari. Meskipun partner juga baru belajar menekuni blog.

Beberapa kali partner meminta saya untuk ngeblog lagi. Tantangan ini dibuat yang "katanya" saya harus bergerak, dalam artian menghasilkan sesuatu walaupun hal kecil. Lebih tepatnya mengusir kejenuhan selagi saya masih free dan belum terikat pekerjaan full time. Sebagai rewardnya saya dihadiahi Domain secara cuma cuma plus settingan dari blogspot.

Yeeeeeeyyy rezeki anak ngga sholeha sholeha banget.

"Siapa takut!" Sepakat menerima tantangan ini dalam 10 hari kedepan dengan tema bebas atau random. Untuk 1 artikel minimal 250 kata dan belum termasuk copy paste milik oranglain. Saya rasa tidak masalah untuk mengikuti aturan tersebut.

Sebenarnya urusan menulis blog ini sudah ada niatan dari kemarin kemarin. Hanya saja masih dalam bentuk draf dan berhenti di tengah cerita. Kadang cukup coretan selembar kertas seadanya dan berujung terselip entah kemana. Bahkan parahnya sampai lupa cara masuk ke blog ini.

Ehehehe maklumlah ya~

Dulu blog ini hanya iseng, tugas, dan ikut-ikutan teman. Saya lebih menikmati atau membaca blog dari blogger ternama. Itu pun kalau memang mood sedang mendukung. Tapi kali ini waktunya saya untuk keluar dari zona nyaman atau #SelfUpgrade.

Untuk menghasilkan satu postingan, saya benar benar butuh pikiran fresh dan tempat yang sepi. Berkali-kali buka tutup notes, hapus ketik dan disimpan dalam draf. Saya tidak bisa sembarangan menulis saat itu juga.

Lalu...

Setelah tantangan ini selesai, saya berharap lebih rajin memposting blog untuk kedepannya. Bisa menyalurkan apa yang di pikiran dalam bentuk tulisan mungkin sedikit meringankan kerja otak. Langkah awal tidak muluk muluk bisa dapat viewer banyak.

Sekian untuk tantangan hari pertama.

Salam
Newer Posts
Older Posts

Social

  • Follow on Twitter
  • Follow on Instagram

Popular

Archive

  • ►  2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
  • ►  2018 (1)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ▼  2017 (15)
    • ▼  Desember 2017 (2)
      • Terimakasih 2017
      • #3
    • ►  November 2017 (2)
      • Yang Tak Sempat Terucap
      • Belajar Street Photography sambil Ngopi #2 : Ngobr...
    • ►  September 2017 (11)
      • Hangatnya Ngopi : Ngobrol Bareng Genpi
      • Konsistensi Itu (Sangat) Penting
      • Perempuan Di Balik Kaca
      • Sisi Lain Kota Semarang - Semarang Contemparary Ar...
      • Ojo Rumangsa Nanging Ngrumangsani
      • Begini Cara Memasak Udang
      • Trik Mencari Pekerjaan
      • 24 - 25
      • (Cerita) Angkutan Umum
      • Perayaan Resign
      • Domain Gratis!
  • ►  2014 (2)
    • ►  Desember 2014 (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Created By SoraTemplates | Distributed by GooyaabiTemplates