• Home
  • About Me
  • Contact
  • Sitemap

a Little Journey of Life


Melihat tweet di atas membuat saya kembali mengingat satu masa yang terlewatkan. Seolah mesin waktu sedang berputar dengan sekejap menemukan keyword di dalam folder perjalanan hidup. Masa yang tidak terlepas dari titik hitam yang selalu membayangi. 

Seandainya mesin waktu benar benar diciptakan, saya akan maju di barisan paling depan dan berteriak dengan lantang untuk dibawa ke perjumpaan terakhir dan menyatu dalam kerumunan yang penuh duka. Enam tahun yang lalu. Cukup berada di samping beliau dan sesekali memegang tangan dan berbisik bahwa kita akan bertemu lagi di alam yang sesungguhnya. Hanya itu. :')

Ya.. Subuh kala itu merupakan pertanda beliau harus pulang ke pelukan Yang Maha Kuasa. Kepulangan yang menyisakan kenangan dan begitu menyesakkan dada. Kepergian yang bertepatan dengan hari dimana saya dituntut untuk bertanggungjawab penuh menyelesaikan tugas akhir sekolah. Sudah pasti sangat sangat dan sangat memecah konsentrasi. 

Tiga hari sebelum peristiwa itu beliau sempat hadir di mimpi dan maksud kedatangannya hanya menyampaikan pesan namun begitu sulit untuk mengeja detailnya. Pada akhirnya pesan yang hanya dianggap angin lalu dan lebih baik untuk disimpan sendiri. 

Enam tahun tidaklah mudah untuk saya lalui, kini hanya bisa mengenang beliau lewat deretan buku usang di pojok almari yang (dulu) hampir setiap hari beliau baca, secarik kertas dengan ciri khas tulisannya dan berisi point point yang akan disampaikan ke tamu undangan, selimut tenun berwarna hitam kecoklatan sebagai oleh oleh perjalanan ke Indonesia Bagian Timur, sesederhana percakapan dan tawa setiap pagi dan sore di meja dapur sekedar menikmati gorengan dan teh hangat. 

Banyak orang berkata bahwa orang baik akan berpulang dulu. Benar atau tidak adanya pernyataan tersebut, semoga saja rasa sakit yang melekat di raga beliau selama ini mungkin cara Tuhan untuk menghapus dosa-dosa sepanjang hidup. Semoga menjadi bukti bahwa beliau termasuk orang-orang yang berada dalam daftar pilihanNya untuk mendapatkan tempat terbaik. 

Aamiin. 

13 November sedang rindu-rindunya sama Mbah Kakung :")
Demi mengejar likes atau menjadi lebih hits, butuh effort untuk mengedit foto agar terlihat menarik. Beragam aplikasi edit foto terpasang di menu smartphone meskipun kapasitas RAM hampir menipis. Aplikasinya mulai dari yang bisa meniruskan pipi hingga merubah wajah menjadi mulus tanpa noda sekalipun. Terkadang satu foto bisa menumpuk beberapa filter. Dan pastinya dibalik foto yang sempurna ada perasaan bangga dan senang. 

Berbicara mengenai foto, tidak lepas dari cara pengambilannya atau yang biasa disebut angle. Membutuhkan beberapa kali jepretan untuk menghasilkan foto yang kece dan siap diupload di media sosial. Alat yang digunakan pun juga menunjang dalam pengambilan gambar. Apalagi cahaya juga berpengaruh di dalamnya. 

Untuk menambah dan memperkuat ilmu fotografi, saya tertarik mengikuti acara yang diadakan oleh Genpi Jateng kemarin Jumat (27/10/2017). Acara kedua yang bertajuk Street Photography "Mengabadikan Cerita dengan Kamera" yang bertempat di Tekodeko Koffiehuis. Dari tema yang dipilih sudah pasti akan menarik tukang foto dengan berbagai senjatanya. Minder? Sedikit. Tapi bodo amat. Saya tetap menggenggam niat yang sudah dibungkus rapi dari rumah-mencari ilmu.

Yang membuat saya tertarik lagi, di acara ini tidak diwajibkan membawa kamera DSLR dan sejenisnya. Namun peserta boleh membawa kamera handphone juga. 



dok.pri. 


Speaker acara Ngopi #2 : Ngobrol bareng Genpi kemarin seorang fotografer company profile, Vega Viditama. Selain materi yang diberikan waktu Jumat sore minggu lalu, seluruh peserta diajak berkeliling Kawasan Kota Lama Semarang untuk hunting foto yang nantinya akan dibedah bersama. Berhubung hujan deras, kami diminta untuk bersabar dan mendengarkan penjelasan sedikit dari pemandu mengenai sejarah Kota Lama. FYI Taman Sri Gunting yang bersebelahan dengan Gereja Blenduk dulunya merupakan tempat pemakaman orang Belanda. Namun saat ini, tidak perlu cemas karena pemakaman tersebut sudah dipindahkan. Kini disulap menjadi Taman yang lumayan yoi untuk berteduh dan sedikit relax. 

Mas Vega Viditama dari kejauhan ehehe
dok.pri. 

Pemandu dan Mas Vega
dok.pri. 

Hujan nampaknya sudah bersahabat, and here we goooo.... Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A diberikan kesempatan untuk mengeksplore bagian Taman Sri Gunting dan sekitarnya selama 15 menit dan kelompok B menyusuri bagian Kepodang yang dulunya sering dijadikan tempat sabung ayam. Saya, masuk dalam kelompok B. Menurut pemandu (entah lupa namanya) lokasi Kepodang ini sering dijadikan destinasi utama wisatawan lokal maupun mancanegara bahkan fotografer juga. Di lokasi ini pernah dijadikan setting film Ayat Ayat Cinta lho. 

dok.pri. 
dok.pri. 
Bu Widi in frame
dok.pri. 
dok.pri. 
Sisa sisa syuting film Ayat-Ayat Cinta
dok.pri. 


Setelah kami dibebaskan berkeliaran di Kepodang, waktunya bergantian mengeksplorasi bagian Taman Sri Gunting. Mungkin karena sudah kelelahan saya, Mba Wida, dan Bu Widi (kenalan baru di acara Ngopi #2) hanya duduk duduk di Taman sambil menunggu waktu yang ditentukan pemandu. Ehehe

Jam lima sore tepat, seluruh peserta kembali ke cafe. Beberapa dari peserta Ngopi #2 diminta untuk mengirimkan hasil foto ke email Mas Vega untuk dibahas bersama. Satu persatu hasil foto sudah terpampang di pojok tembok cafe yang berlantai dua ini. Menurut Mas Vega, Street Photography  memang susah susah gampang. Perlu kesabaran tingkat dewa untuk mendapatkan moment realnya.  Pengertian Street photography yang saya tangkap dari materi kemarin yaitu pengambilan gambar yang menunjukkan realitas yang terjadi tanpa dipose khusus.

Selesai membedah foto, peserta juga diedukasi cara mengedit foto menggunakan aplikasi Snapseed. Aplikasi tersebut terbilang ramai diunduh pengguna smartphone dan tidak banyak filter yang membuat foto tidak lebay editannya.

Yang membuat saya termotivasi setelah mengikuti acara ini dan selalu terngiang di kepala saya (hingga kini), seperti yang diucapkan Mas Vega "Maksimalkan dengan alat yang kita punya. Jangan sampai alat yang membatasi diri kita"


Newer Posts
Older Posts

Social

  • Follow on Twitter
  • Follow on Instagram

Popular

Archive

  • ►  2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
  • ►  2018 (1)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ▼  2017 (15)
    • ►  Desember 2017 (2)
    • ▼  November 2017 (2)
      • Yang Tak Sempat Terucap
      • Belajar Street Photography sambil Ngopi #2 : Ngobr...
    • ►  September 2017 (11)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Desember 2014 (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Created By SoraTemplates | Distributed by GooyaabiTemplates